Pola Makan yang cukup dalam jumlah yang sedang bukan cuma berdampak positif pada berat badan anda, tetapi juga bisa menjauhkan kita dari risiko Kanker Kolorektal.
Obesitas yang diakibatkan oleh pola makan berlebihan sudah lama diketahui terkait
dengan peningkatan risiko kanker usus besar. Namun, baru sekarang ini para
ilmuwan mampu mengidentifikasi alasan di balik hubungan ini.
Sebuah
studi baru- baru ini mengungkapkan bahwa pola makan yang tinggi kalori dapat mematikan
hormon penting dalam usus yang menon-aktifkan penekan tumor sehingga
tumor usus terbentuk.
Kabar baiknya, para peneliti menemukan
bahwa penggantian gen dapat dipakai untuk "penghidupan kembali penekan tumor" dan mencegah kanker Kolorektal berkembang.
Peneliti senior Dr Scott
Waldman dari Thomas Jefferson University mengatakan studi mereka telah
menunjukkan bahwa kanker usus besar dan rektal dapat dicegah pada
individu obesitas dengan menggunakan terapi penggantian hormon.
Selain itu, penyakit lain yang berhubungan dengan kekurangan hormon, seperti kehilangan insulin pada diabetes juga dapat diobati.
Kelebihan kalori
Orang
gemuk diketahui memiliki risiko 50 persen lebih tinggi untuk terkena
kanker kolorektal dibandingkan dengan orang dengan bobot normal.
Para
ilmuwan mengira-ngira bahwa keterkaitan ini berdasarkan pada jumlah
jaringan lemak dan proses metabolisme dari kelebihan kalori yang
merupakan bahan bakar sel energi dan pertumbuhan.
Tim peneliti
gabungan dari Thomas Jefferson, Harvard University and Duke Medical
School telah menggunakan rekayasa genetika seekor tikus untuk meneliti
keterkaitan ini.
Mereka menemukan bahwa obesitas, baik dari
konsumsi lemak maupun karbohidrat berlebih, atau keduanya, berkaitan
dengan hilangnya hormon guanylin yang diproduksi di epitel usus, yang
merupakan sel-sel pelapis organ. Guanylin, guanylil siklase C (GUCY2C)
bersifat mengatur regenerasi epitel usus.
"Lapisan usus sangat
dinamis dan terus-menerus akan berganti dan GUCY2C berkontribusi sebagai
kunci yang sangat dibutuhkan pada proses regenerasi ini," kata Dr
Waldman.
Pada kasus kanker kolorektal, umumnya gen guanylin ini
menjadi tidak aktif. Dan pasien obesitas akan mengalami penurunan gen
ini sampai 80 persen dibandingkan dengan orang yang ramping.
Reseptor
guanylyn ini berlaku sebagai penekan pertumbuhan dan pengontrol tumor.
Tanpa hormon tersebut, reseptor tak akan bekerja.
"Ini terjadi
sangat awal dalam pengembangan kanker. Ketika reseptor tak bekerja,
epitel akan mengalami disfungsional yang membuat kanker dapat
berkembang." kata Dr Waldman.
Para peneliti kemudian menciptakan tikus yang membawa transgen yang tidak akan membiarkan guanylin mati.
Studi ini menyimpulkan bahwa pada tikus obesitas, hormon dan reseptornya diam atau tak bekerja.
"Kami
percaya bahwa kanker kolorektar bisa berkembang melalui mekanisme
pembungkaman ini dan ini lebih sering terjadi pada orang obesitas," kata
Dr Waldman.
Dia menambahkan bahwa penemuan ini merupakan kejutan
dan masih banyak para peneliti lain di dunia ini yang telah mencoba
menguraikan kaitan obesitas pada terjadinya kanker kolorektal.
Kalori
berada di tengah-tengan kedua kondisi ini, tetapi “apa yang mereka
lakukan” merupakan salah satu pertanyaan yang paling membingungkan dan
provokatif dalam penelitian kanker.
"Sekarang kami akhirnya
mempunyai petunjuk besar mengenai asal kanker kolorektal pada individu
obesitas dan mungkin orang biasa," katanya.
Di samping itu,
peneliti menemukan bahwa pil linaclotide - yang terkait dengan hormon
yang hilang - dapat digunakan sebagai terapi awal untuk mencegah kanker kolorektal pada pasien diabetes. (Gibran Linggau)
Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : Dailymail
Tahukah Anda " ObatHerbal
Kanker " Tanpa Effect Samping "info Lanjut : Klik Di Sini
TAGS :
#kanker, #stroke, #tumor, #jantung ,#ginjal, #diabetes, #maag,
#Kolesterol, #asamurat, #rematik, #tbc, #kankerhati,
#kankerkelenjargetahbening, #kankerkulit, #leukemia, #paru, #kankerotak,
#kankerpayudara, #kankerrahim, #kankerserviks, #kankerusus, #kankerrahim,
#kankerlever,
No comments:
Post a Comment